Minggu, Maret 23, 2008

Ummi Umarah Ansyariah


Semangat berjihad untuk mempertahankan agama telah merasuki seluruh jiwa sahabat Rasulullah SAW. Semangat yang terus bergelora dalam dada mereka baik kalangan laki-laki maupun wanita. Semangat mereka berkobar-kobar tanpa henti. Bahkan usia bukan lagi penghalang bagi mereka untuk berjihad melawan kaum kuffar. Mereka berlomba-lomba untuk senantiasa berada di front terdepan dalam setiap kancah pertempuran.

Ummi Umarah Ansyariah R.A. merupakan salah satu contoh mujahidah yang pantang menyerah di medan laga. Kisah kepahlawanan beliau merupakan pancaran dari akidah yang kokoh kuat, dan kecintaannya pada Rasul dan Islam yang sedemikian menghujam di hatinya.


Ummi Umarah masuk Islam pada permulaan dakwah Rasulullah. Mujahidah ini tergabung dalam rombongan ketiga orang-orang yang datang dari Madinah ke Mekkah. Beliau juga tercatat sebagai salah seorang yang hadir pada baiatul Aqabah pertama.

Seperti halnya kaum muslimin pada awal-awal Islam, Ummi Umarah harus menyembunyikan keislamannya. Semua ini demi keamanan dari gangguan kaum kuffar. Seperti telah menjadi rahasia umum, intimidasi orang-orang kafir terhadap pengikut Rasulullah yang jumlahnya masih terbatas terus merajalela.

Ketika perang Uhud meletus, ibu berusia 41 tahun itu berlari-lari dengan kendi berisi penuh air. Di bawah panggangan padang pasir yang panas beliau dengan telaten memberi minum pasukan Islam yang kehausan dan merawat mereka yang terluka. Usia yang mulai tua bukanlah halangan baginya untuk tetap berjuang.

Dari peperangan ini, beliau mendapatkan oleh-oleh sekitar 13 atau 13 luka di sekujur tubuhnya. Luka-luka tersebut dapat disembuhkan, namun ada sebuah luka ditangannya yang tidak dapat diobati. Luka itu akibat sabetan perdang musuh saat perang Uhud.

Kala itu, perang tengah berkecamuk, seorang kafir bernama Ibnu Qamyah berteriak sambil melancarkan serangan, "Di manakah Muhammad? Siapa yang bersedia memberitahukannya padaku?!"

Mendengar itu, Mush'ab bin Umair dan beberapa sahabat, termasuk diantaranya Ummu Umarah, bergerak melawan Ibnu Qamyah. saat itulah kilatan pedang Ibnu Qamyah menyabet tangan Ummu Umarah. Darah pun mengucur deras, dan Ibnu Qamyah berhasil meloloskan diri, karena dia menggunakan baju besi rangkap dua.

Luka yang diderita Ibu abdullah bin Zaid ini sangat serius. Dalam keadaan ini, Rasulullah mengumumkan perang Hamraul Hasad. Sayang dalam peperangan kali ini Ummu Umarah tidak dapat berpartisipasi.

Rasulullah SAW tahu persis bagaimana semangat juang Ummu Umarah yang tak pernah padam. Pernah dalam sebuah pertempuran, Abdullah bin Zaid, putranya, mengalami luka cukup parah di tangannya. sang Ibu segera membalut luka tersebut dan setelah itu beliau berkata, "Kembalillah berjuang!"

Melihat hal tersebut, Rasulullah pun berkata, "Ya Ummu Umarah semangatmu begitu besar, adakah semangatnya yang lebih besar semangatnya selain Ummu Umarah?"
Saat kembali dari perang Hamraul Hasad pun maka hal pertama yang ditanyakan Rasulullah adalah kabar Ummu Umarah. Ini menunjukkan penghargaan beliau kepada ibu mujahidah tersebut.

Pejuang dari Madinah ini masih dianugerahi umum panjang sampai sepeninggalan Rasulullah SAW. Sebagaimana diketahui, banyak peperangan yang terjadi setelah Rasulullah wafat. Salah satu diantaranya perang Yamamah. Ketika peperangan ini berlangsung, usia Ummu Umarah telah mencapai 52 tahun. Namun kembali beliau membuktikan keteguhannya. Di usia senja ini beliau tetap ikut terjun dalam peperangan. Akibatnya tangan beliau terpotong dan sebelas luka mengenai tubuhnya.

Namun semuanya bukan luka yang tiada guna, luka-luka itu adalah sebagian taman syurgawi bagi seorang mujahidah sejati.
[Tabloid MQ EDISI 7/TH.II/NOVEMBER 2001]

0 masukan:

Posting Komentar

 

Design By:
SkinCorner