Tampilkan postingan dengan label pernikahan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pernikahan. Tampilkan semua postingan

Jumat, September 12, 2008

Peci Vs Sandal Jepit




Sebenarnya binun juga nih mau buat judul apa, yang pasti ini ceritaku di hari ultah pernikahan kami yang pertama, semua pasti tanda tanya deh, anaknya udah gede, tapi koq ultah pernikahannya yang pertama ya? ;)

tanya langsung aja deh, sama yang punya blog ;)
Kembali ke .... PeCi Vs SaNdAl jEpiT, ceritanya gini, udah dari seminggu sebelum hari "H" , kami berdua udah punya rencana, buat ngerayain anniversary ( duuuh sok2an pake english) :D
Tanggal 9 september 2007 kami menikah, bertepatan dengan pilkada walikota tasikmalaya, pas banget , padahal di luar rencana kami semua, alhasil dengan memakai baju pengantin aku ikut pilkada dulu deh, tapi untungnya petugas KPU mau dengan senang hati mampir dulu ke rumah , lumayan kan satu suara, bisa menentukan kemenangan ;)

hmm, koq jadi ngelantur dulu y, back to judul :)
jadi untuk sekedar merayakan ultah pernikahan,kami sepakat untuk tukeran kado....
tapi kado'nya kami yang menentukan sendiri, dengan kesepakatan harga isi kado'nya jangan melebihi dari 20rb dan gak boleh kurang dari 15rb... y udah akhirnya kami berjuang untuk membelikan apa yang akan menjadi hadiah buat nanti pas hari H, yaitu tanggal 9 september 2008, pas satu tahun.
berhubung bertepatan dengan bulan puasa, jadi kami memutuskan untuk buka puasa di luar, sekali2 deh... buat ngerayain hari bersejarah :D

akhirnya tiba saatnya buka puasa, kami memilih tempat yang lumayan spesial, pokonya tempat itu ada makanan yang kami bertiga sama2 suka.
rencananya kita mu ngerayain di tempat itu, potong kue plus tukeran kado, tapiiii setelah difikir-fikir, malu juga eum banyak orang yang ngelihat, so kue tart yang kami beli kami boyong kembali ke rumah, dan sampainya di rumah , kami langsung potong tuh kue, habis ngiler juga dari tadi cuma dipelototin aja :o

Habis sholat berjama'ah , waktunya bertukar kado.... dan taraaaaa.... :t ternyata kadonya isinya adalah.... aku beliin suamiku peci putih pattani, dan suamiku ngasih aku hadiah sendal jepit yang memang selama ini aku mau, sendal jepit mute-mute :d



waaah i like it, tapi.... setelah difikir2 koq bisa sendal jepit dan peci ya? :f
kalau kita ambil hikmah dari kejadian ini, itu merupakan suatu simbol, kalau suami adalah imam bagi keluarga, dan istri adalah bawahannya, tapi bukan berarti harus diinjek injek kayak sendal kali ya? jangan-lah, na'udzubillahi min dzalik, bisa nangis deh gak berhenti berhenti :c

tapi aku yaqiiiiiiiiiiin banget... suamiku tidak seperti itu, dia adalah sosok yang paling berharga dalam hidup aku, kesabarannya membuatku takut untuk kehilangan dia, keceriaannya yang membuat aku gak mau jauh dari dirinya, kelembutannya menjadikan aku berharap untuk tidak bisa lepas dari dekapannya, dan aku yaqin dia-lah imam'ku selamanya,amiiiin :y

terima kasih ya sayang, atas semua yang telah kau berikan untukku dan untuk anakku, yang sekarang jadi anakmu juga, semoga keberkahan dan ridho Alloh terus mengiringi langkah2 kita. :L

[+/-] Selengkapnya...

Kamis, Agustus 21, 2008

Kasihmu Amanahku

Pernikahan menyingkap tabir rahsia
Suami isteri inginkan keluarga yang bahagia
Dan mengharapkan sebuah bahtera indah
Untuk bersama belayar ke muara

Pernikahan, menginsafkan kita
Perlunya iman dan takwa, meniti sabar dan redha
Bila masa senang syukuri nikmat Tuhan
Susah mendatang tempuhi dengan tabah

Isteri janji telah dipateri
Diijab kabulkan dan dirahmati
Detik pertemuan dan pernikahan
Yang dihujani air mata kasih
Demi syurga Ilahi

C/o
Suami jangan menagih setia
Umpama Hajar dan setianya Zulaikha
Terimalah seadanya yang terindah
Di lubuk hatimu
Isteri adalah amanah buatmu

Pernikahan mengajar tanggungjawab bersama suami dan isteri

Isteri hamparan dunia
Suami langit penaungnya
Isteri ladang tanaman
Suamilah pemagarnya
Isteri bagai kejora
Suami menjadi purnama
Tika isteri beri hempedu
Suami tabah menelannya

Tika suami terteguk racun
Isteri carilah penawarnya
Sungguh isteri rusuk yang rapuh
Berhati-hatilah meluruskannya


Album : Damba Kasih ,Munsyid : In-Team http://liriknasyid.com

[+/-] Selengkapnya...

Senin, Juli 21, 2008

Rumah Tangga yang Menyenangkan


Banyak orang yang menyangka bahwa pernikahan itu indah. Padahal sebetulnya? Indah ...sekali. Tak sedikit yang menyesal, kenapa tak dari dulu menikah.

Sahabat, itu adalah secuplik ungkapan yang lazim terdengar tentang pernikahan. Namun jelas, tak segampang yang dibayangkan untuk membina sebuah keluarga. Membangun sebuah keluarga sakinah adalah suatu proses. Keluarga sakinah bukan berarti keluarga yang diam tanpa masalah. Namun lebih kepada adanya keterampilan untuk manajemen konflik.

Ada tiga jenis manajemen konflik dalam rumah tangga, yaitu pencegahan terjadinya konflik, menghadapai tatkala konflik terlanjur berlangsung, dan apa yang harus dilakukan setelah konflik reda.

Pada kesempatan pertama, insya Allah kita akan mengurai tentang bagaimana meminimalkan terjadinya konflik di dalam rumah tangga kia.

1. Siap dengan hal yang tidak kita duga
Pada dasarnya kita selalu siap untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Mudah bagi kita bila yang terjadi cocok dengan harapan kita. Namun, bagaimanapun, setiap orang itu berbeda-beda. Tidak semuanya harus sama "gelombangnya" dengan kita. Maka yang harus kita lakukan adalah mempersiapkan diri agar potensi konflik akibat perbedaan ini tidak merusak.

Dalam rumah tangga, bisa jadi pasangan kita teryata tidak seideal yang kita impikan. Maka kita harus siap melihat ternyata dia tidak rapi, tidak secantik yang dibayangkan atau tidak segesit yang kita harapkan., misalnya. Kita harus berlapang dada sekali andai ternyata apa yang kita idamkan, tidak ada pada dirinya. Juga sebaliknya, apabila yang luar biasa kita benci. Ternyata isteri atau suami kita memiliki sikap tersebut.

2. Memperbanyak pesan Aku
Tindak lanjut dan kesiapan kita menghadapi perbedaan yang ada, adalah memeperbanyak pesan aku. Sebab, umumnya makin orang lain menegetahui kita, makin siap dia menghadapi kita. Misalnya sebagai isteri kita terbiasa katakanlah mengorok ketika tidur. Maka agar suami dapat siap menghadapi hal ini, kita bisa mengatakan "Mas, orang bilang, kalau tidur saya itu suka ngorok,.... jadi Mas siap-siap saja. Sebab, sebetulnya, saya sendiri enggak niat ngorok."

Lalu sebagai suami, misalnya kita menyatakan keinginan kita: "Saya kalau jam tiga suka bangun. Tolonglah bangunkan saya. Saya suka menyesal kalau tidak Tahajjud. Dan kalau sedang Tahajjud, saya tidak ingin ada suara yang mengganggu."

Dengan demikian, diharapkan tidak terjadi riak-riak masalah akaibat satu sama lain tidak memahami nilai-nilai yang dipakai oleh pasangan hidupnya. Sebab sangat mungkin orang membuat kesalahan akibat dia tidak tahu tata nilai kita. Yang dampaknya akan banyak muncul ketersinggungan-ketersinggungan. Maka di sinilah perlunya kita belajar memberitahukan. Memberitahukan apa yag kita inginkan. Inilah esensi dari pesan aku.

Dengan demikian ini akan membuat peluang konflik tidak membesar. Karena kita telah mengkondisikan agar orang memahami kita. Sungguh tidak usah malu menyatakan harapan ataupun keberatan-keberatan kita. Sebab justru dengan keterbukaan seperti ini pasangan hidup kita dapat lebih mudah dalam menerima diri kita. Termasuk dalam hal keberadaan orang lain.

Misalnya orang tua kita akan datang. Maka adalah suatu tindakan bijaksana apabila kita mengatakan kepada suami tentang mereka. Sebagai contoh, orang tua kita mempunyai sikap cukup cerewet, senang mengomentari ini itu. Maka katakan saja: "Pak... saya tidak bermaksud meremehkan. Namun begitulah adanya. Orang tua saya banyak bicara. Jangan terlalu difikirkan, itu memang sudah kebiasaan mereka. Juga dalam hal makanan, yang ikhlas saja ya Pak...kalau nanti mereka makannya pada lumayan banyak..."

Sungguh sahabat, makin kita jujur maka akan semakin menentramkan perasaan masing-masing di antara kita.

Alkisah, ada sebuah keluarga. Sering sekali terjadi pertengkaran. Akhirnya, suatu ketika si isteri bicara "Pak, maaf ya, keluarga kami memang bertabiat keras. Sehingga bagi kami kemarahan itu menjadi hal yang amat biasa."

Lalu suaminya membalas "Sedangkan Papa lahir dari keluarga pendiam, dan jarang sekali ada pertempuran..."

Jelas itu akan membuat keadaan berangsur lebih baik dibanding terus menerus bergelut dalam pertengkaran-pertengkaran yang semestinya tak terjadi.

Jadi kita pun harus berani untuk mengumpulkan input-input tentang pasangan kita. Misalnya ternyata dia punya BB atau bau badan. Maka kita bisa menyarankan untuk meminum jamu, sekaligus memberitahukan bahwa kadar ketahanan kita terhadap bau-bauan rendah sekali. Sehingga ketika kita tiba-tiba memalingkan muka dari dia, isteri kita itu tidak tersinggung. Karena tata nilainya sudah disamakan.

Tentunya, dengan saling keterbukaan seperti itu masalah akan menjadi lebih mudah dijernihkan dibanding masing-masing saling menutup diri.

Ketertutupan, pada akhirnya akan membuat potensi masalah menjadi besar. Kita menjadi mengarang kesana kemari, membayangkan hal yang tidak tidak berkenaan dengan pasanagan hidup kita. Dongkol, marah, benci dan seterusnya. Padahal kalau saja didiskusikan, bisa jadi masalahnya menjadi sangat mudah diselesaikan. Dan potensi konflik pun menjadi minimal.

3. Tentang aturan
Kita harus memiliki aturan-aturan yang disepakati bersama. Karena kalau tak tahu aturan, bagaimana orang bisa nurut? Bagaimana kita bisa selaras? Jadi kita harus membuat aturan sekaligus...sosialisasikan!

Misalnya isteri kita jarang mematikan kran setelah menggunakan. Bisa jadi kita dongkol. Disisi lain, boleh jadi isteri malah tak merasa bersalah sama sekali. Sebab dia berasal dari desa. Dan di desa.. pancuran toh tak pernah ditutup.
Begitu pula pada anak-anak. Kita harus mensosialisasikan peraturan ini. Tidak usah kaku. Buat saja apa yang bisa dilaksanakan oleh semua. Makin orang tahu peraturan, maka peluang berbuat salah makin minimal.


"Bundel Manajemen Qolbu"


[+/-] Selengkapnya...

 

Design By:
SkinCorner